karya tulis ilmiah

KARYA TULIS ILMIAH
A. Pengertian karya tulis ilmiah
Secara umum, suatu karya ilmiah dapat diartikan sebagai suatu hasil karya yang dipandang memiliki kadar ilmiah tertentu serta dapat dipertanggungjawabkan dalam bentuk karangan atau tulisan ilmiah, dapat pula disampaikan secara lisan dalam bentuk pidato atau orasi ilmiah, dan dapat melalui suatu bentuk demonstrasi. Dalam buku ini, pengertian karya ilmiah lebih banyak ditekankan ilmiah. Dengan demikian, karangan atau tulisan ilmiah adalah semua bentuk karangan yang memiliki kadar ilmiah tertentu sesuai dengan bidang keilmuannya (sains, teknologi, ekonomi, pendidikan, bahasa dan sastra, kesehatan, dan lain- lain)
Berbeda dengan karya sastra atau seni, karya ilmiah mempunyai bentuk serta sifat yang formal karena isinya harus mengikuti persyaratan-persyaratan tertentu sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah. Tujuan penulisan karya ilmiah adalah menyampaikan seperangkat keterangan, informasi, dan pikiran secara tegas, ringkas, dan jelas (ABC = accurate, brief, clear). Kendatipun demikian, melalui kreativitas dan daya ungkap penulisnya, karya ilmiah dapat disusun sedemikian rupa agar menarik perhatian pembaca tanpa melupakan nilai-nilai ilmiahnya.
Karya tulis ilmiah dikemukakan berdasarkan pemikiran, kesimpulan, serta pendapat/pendirian penulis yang dirumuskan setelah mengumpulkan dan mengolah berbagai informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, baik teoretik maupun empirik. Karya ilmiah senantiasa bertolak dari kebenaran ilmiah dalam bidang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan permasalahan yang disajikan. Titik tolak ini merupakan sumber kerangka berpikir (paradigma, meminjam istilah Thomas Kuhn), dalam mengumpulkan informasi-informasi secara empirik.
Karya ilmiah tertulis (karangan ilmiah) dapat berbentuk artikel lmiah populer (esei, opini), usulan penelitian, dan laporan penelitian. Dalam bentuk khusus yang bersifat akademik, karangan ilmiah dapat berupa makalah, skripsi, tesis, dan disertasi, yang masing-masing digunakan sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar sarjana (S1), magister (S2), dan doktor (S3).
Isi suatu karya ilmiah dapat berupa keterangan atau informasi yang bersifat faktual (mengemukakan fakta), hipotesis (dugaan-dugaan), konklusif (mengemukakan kesimpulan), dan implementatif (mengemukakan rekomendasi atau saran-saran serta solusi). Suatu karya ilmiah yang lebih komprehensif akan mengandung semua jenis keterangan atau informasi tersebut.
Suatu karya ilmiah pada hakikatnya merupakan hasil proses berpikir ilmiah. Adapun pola berpikir yang digunakan dalam menghasilkan suatu karya ilmiah adalah pola berpikir re.ektif, yaitu suatu proses berpikir yang dilakukan dengan mengadakan re.eksi secara logis dan sistematis di antara kebenaran ilmiah dan kenyataan empirik dalam mencari jawaban terhadap suatu masalah. Cara berpikir induktif dan deduktif secara bersama-sama mendasari proses berpikir reflektif.
Menurut John Dewey, ada lima langkah dalam proses berpikir re.ektif, yaitu: (1) merasakan adanya suatu kesulitan, yakni terjadinya suatu hambatan dalam pengalaman, (2) penempatan masalah atau kesulitan itu pada proporsi yang sebenarnya dan mengadakan perumusan kesulitan tersebut, (3) timbulnya saran-saran berupa kemungkinan pemecahan masalah atau kesulitan dalam bentuk rumusan hipotesis atau dugaan-dugaan sementara, (4) mengadakan persiapan-persiapan mental terhadap masalah dalam bentuk pengumpulan dan pengolahan informasi empirik, dan (5) mengadakan observasi atau penelaahan lebih lanjut untuk menetapkan apakah hipotesis dapat diterima atau ditolak berdasarkan informasi yang diperoleh.
Dalam kaitannya dengan penulisan ilmiah (academic writing) ini, T.L. Kelley menambahkan satu langkah lagi yaitu memberikan penilaian dan analisis terhadap penerimaan dan pemecahan masalah baru tersebut untuk dipergunakan dalam kebutuhan pemecahan masalah yang akan datang.
Dalam berbagai kegiatan ilmiah, pola berpikir reflektif sangat diperlukan untuk mencapai hasil yang dapat dijamin kebenarannya secara ilmiah. Ada tiga aspek yang diperlukan dalam menjuruskan ke dalam berpikir ilmiah ini.
Pertama, perlu penjelasan ilmiah – dalam menghasilkan karya ilmiah diperlukan adanya kemampuan untuk menjelaskan pikiran sedemikian rupa, sehingga dapat dipahami secara objektif. Penjelasan ilmiah dilakukan dengan menggunakan bahasa teknis ilmiah baik secara verbal maupun nonverbal, misalnya, dengan simbol-simbol, model, bagan, tabel, grafik, dan lain-lain. Cara memberikan penjelasan dapat dilakukan dengan: (1) memberikan nama atau simbol terhadap pokok-pokok pikiran yang akan dijelaskan, (2) penjelasan secara historis, yaitu penjelasan suatu pikiran dengan jalan menghubungkan pada kenyataan sebelumnya secara logis, dan (3) penjelasan dengan korelasi empirik, yaitu memberikan penjelasan suatu pikiran dengan menghubungkan dengan pikiran lain yang terjadi bersamaan secara logis. Dilihat dari sifatnya, penjelasan ilmiah dapat berupa penjelasan deskriptif, induktif, atau deduktif.
Kedua, pengertian atau definisi operasional – dalam kegiatan ilmiah, termasuk penulisan karangan ilmiah, setiap pengertian yang terkandung di dalamnya hendaknya bersifat operasional agar dapat terjadi kesamaan persepsi, pandangan, visi, dan penafsiran penulis dan pembaca. Untuk itu, perlu dibuat rumusan yang jelas dan objektif. Jika diperlukan, beberapa pengertian dapat dibuatkan rumusan pengertiannya secara eksplisit. Membuat dan merumuskan pengertian operasional dapat dilakukan dengan membuat definisi atau sinonim dari hal-hal yang akan dijelaskan. Di samping itu, pengertian operasional dapat dibuat dengan cara mendeskripsikan secara jelas baik segi kausal, dinamis, maupun ciri-ciri yang dapat diidentifikasi.
Ketiga, berpikir kuantitatif – untuk lebih menjamin objektivitas penyampaian pikiran atau keterangan, diperlukan adanya proses kuantifikasi informasi yang diperoleh. Hal ini berarti perlunya data kuantitatif sebagai pendukung (argumen) terhadap segala pikiran, pendapat, gagasan, pernyataan, dan ungkapan yang akan dikemukakan.
Dapat dinyatakan bahwa secara epistemologis semua ikhtiar keilmuan ditujukan untuk mencari kebenaran ilmiah (scientific truth). Akan tetapi, apakah kebenaran ilmiah itu? Banyak pandangan filsafat diajukan, dan tidak akan dibahas secara mendetail di sini. Apakah jalan menuju kebenaran ilmiah itu harus selalu dilakukan melalui apa yang disebut metode ilmiah, seperti yang secara konvensional dipahami selama ini?
Dalam buku-buku pengantar atau metode penelitian yang banyak beredar sekarang, dikemukakan bahwa metode ilmiah adalah penerapan metode dan prinsip-prinsip sains, yakni sistematis dan eksak. Data dikumpulkan secara objektif, hipotesis dirumuskan dan diuji secara empiris atau eksperimental. Tujuannya adalah untuk menemukan prinsip-prinsip pengujian teori-teori melalui pendekatan hipotesis-deduktif yang berlaku umum, sehingga memiliki tingkat generalitas yang tinggi. Akan tetapi, apakah cara seperti itu akan selalu mengantar kita pada kebenaran ilmiah?
Jika demikian, apakah metode ilmiah itu? Metode ilmiah adalah cara yang ditempuh oleh ilmuwan untuk sampai pada kebenaran ilmiah. Dalam menempuh cara ini, dia dapat menggunakan kreativitas dan imajinasinya tanpa harus selalu terikat kepada langkah-langkah yang baku sebab realitas dan relung-relung keilmuan itu amat beragam. Yang penting adalah kita tidak serampangan tetapi berpegang teguh pada disciplined inquiry, yaitu ketat (rigorous) dan peduli akan kemungkinan terjadinya kekeliruan (concern for error).
Tidak benar bahwa metode ilmiah yang satu lebih unggul dari metode ilmiah yang lain tanpa meletakkan dalam konteks yang tepat. Oleh karena itu, tidak ada keharusan bagi seseorang untuk mengikuti apa yang dilakukan oleh ilmu tertentu, misalnya, ilmu-ilmu sosial selalu mengikuti cara-cara yang dilakukan dalam ilmu-ilmu alam (sains), demikian pula sebaliknya. Mitos seperti ini harus disingkirkan, sebab kalau tidak akan menghambat kreativitas, imajinasi, dan rasa percaya diri penulis dalam melakukan ikhtiar-ikhtiar keilmuan yang spektrumnya seluas proses berpikir, kreativitas, dan imajinasi manusia.
Sistematika penulisan ilmiah sebenarnya memiliki pola atau struktur dalam yang sama, yaitu dimulai dengan pendahuluan, kemudian analisis dan pembahasan atau tubuh karangan, dan diakhiri dengan kesimpulan atau penutup. Selain itu, yang tidak boleh dilupakan adalah penulisan pustaka acuan atau rujuan yang dirujuk dalam tulisan ilmiah. Bentuk rincian pola dasar tersebut sangat berkaitan dengan sifat dan bentuk atau jenis karya ilmiah itu sendiri.

B. Menulis Karangan Menggunakan Pola Pengembangan Deduktif dan Induktif
Kamu tentu banyak mengidlakan penulis-penulis terkenal. Melalui kegiatan mengaorang, prestasi dan prestise seseorang akan naik. Mengaorang adalah kegiatan menyusun atau mengrganisasikan buah pikiran, ide, atau gagasan dengan menggunakan orangkaian kalimat yang logis dan terpadu dalam bahasa tulis. Karangan sering diartikan sebagai orangkaian kalimat yang logis, pemikiran atau pelukisan tentang suatu objek, suatu peristiwa, atau suatu masalah. Karangan yang disusun dapat berupa fiksi maupun Nonfiksi.
Pada pelajaran ini, kamu akan berlatih menulis karangan Nonfiksi (karangan ilmiah). Menulis karangan ilmiah tidak jauh berbeda dengan menulis karangan lainnya. Yang membedakan karangan ilmiah dengan karangan lain adalah dari metode/kajian yang digunakannya. Karangan ilmiah bukan sepenuhnya karya ekspresi diri seperti karangan fiksi hasil imajinasi, tetapi penulis harus menyampaikan data oobjektif yang diperleh melalui metode/kajian ilmiah.
Data yang diperleh melalui kajian ilmiah di antaranya diperleh melalui hasil pengamatan, tes, wawancara, penyebaran angket, kajian pustaka, dan uji cba di labratrium. Karangan fiksi merupakan karya yang sepenuhnya merupakan hasil ekspresi diri, data yang disampaikan merupakan hasil imajinasi atau hasil rekaan sendiri walaupun mungkin berdasarkan realitas di sekelilingnya. Menurut Arifin (1998:2), karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metdlgi penulisan yang baik dan benar. Karangan ilmiah ditulis berdasarkan metode ilmiah yang menyajikan suatu topik secara sistematis dan dilengkapi dengan fakta atau data yang sahih dengan menggunakan bahasa ragam baku. Karangan ilmiah mempunyai ciri sebagai berikut.
1. Fakta yang disajikan bersifat oobjektif;
2. Penyajiannya disusun secara logis dan sistematis; dan
3. Bahasa yang digunakan adalah ragam bahasa baku.

C. Langkah- langkah Mengarang
1. Tentukanlah topik
Topik adalah pokok pembicaraan. Dalam pemilihan topik, seorang penulis harus mempertimbangkan hal-hal berikut:
a. Topik harus betul-betul dikuasai dan dekat dengan kehidupan.
b. Topik harus menarik perhatian.
c. Topik harus spesifik atau terpusat pada satu permasalahan yang sempit dan terbatas.
d. Topik harus memiliki data atau fakta yang oobjektif.
e. Topik harus diketahui prinsip-prinsip ilmiahnya.
f. Topik harus memiliki sumber acuan atau kepustakaan.
2. Rumuskan judul karangan
Berdasarkan topik yang ditetapkan, dapat dirumuskan judulkarangan. Judul adalah kepala karangan. Syarat judul yang baik sebagai berikut.
a. Judul relevan dengan isi karangan.
b. Judul dirumuskan secara singkat dan jelas.
c. Judul dapat menarik perhatian.
3. Buatlah kerangka karangan
Berdasarkan topik tersebut, catatlah hal-hal yang akan ditulis berdasarkan topik yang kamu pilih! Setelah mencatat hal-hal penting yang akan kamu tulis, buatlah kerangka karangannya. Urutkan dari hal-hal yang umum ke hal yang khusus. Hal ini disebut pola pengembangan deduksi. Kamu dapat juga mengurutkan dari hal-hal yang khusus ke hal-hal yang umum. Hal ini disebut pengembangan induksi. Selanjutnya buat kerangka karangan dengan mengikuti langkah berikut.
a. Tuliskanlah topik-topik umum dan topik-topik bawahan (rincian) secara rinci.
b. Evaluasilah topik-topik yang dituliskan berdasarkan relevansi dan kedudukannya. Yang tidak relevan atau tidak ada hubungannya dengan topik dibuang, kemudian dari judul dan anak judul terpilih urutkan berdasarkan pola pengembangan serta kedudukannya, mana yang harus disajikan lebih dulu dan mana yang berikutnya.
c. Susunlah kerangka karangan dengan pola deduksi atau induksi. Jika pola pengembangan karangan yang dipilih pola deduksi, maka topik-topik yang dipilih harus diurutkan dari hal yang umum ke hal-hal yang khusus. Sebaliknya, jika pola pengembangan yang dipilih pola induksi, maka topik-topik dipilih diurutkan dari yang khusus ke yang umum.
4. Kumpulkan data karangan
Setelah kerangka karangan disusun, kumpulkan data dengan cara sebagai berikut.
a. Mencari keteorangan dari bahan kepustakaan.
b. Mencari keteorangan dari pihak-pihak yang mengetahui permasalahan.
c. Mengamati langsung objek yang ditulis.
d. Mengadakan percbaan atau pengujian di lapangan atau labratrium.
Informasi yang dicari harus relevan dengan topik yang ditulis. Catat isi yang dikutip dan sumber yang dirujuknya. Yang perlu dicatat yakni nama pengarang, judul buku, tahun terbit, kta terbit, penerbit, dan halaman letak informasi tersebut diambil. Selain itu data atau fakta yang ditemukan di lapangan juga dicatat. Data di lapangan dapat dikumpulkan melalui pengamatan, wawancara, penyebaran angket, atau eksperimen.
5. Membuat karangan utuh
Setelah semua bahan yang dibutuhkan sudah lengkap, kembangkanlah kerangka karangan yang sudah disusun dengan pola yang dipilih, deduksi atau induksi! Pengembangan kerangka karangan menjadi sebuah karangan perlu memerhatikan penyajian karangan; pengembangan paragraf; dan pemakaian bahasa.
Pengembangan setiap judul dan sub-subjudul harus uraian yang sesuai dengan judul atau subjudul yang dikembangkan. Jika ada gambar, bagan, tabel atau grafik, maka sebelum dan sesudah bagan/grafik/tabel/ gambar hendaknya ada uraian yang mengantarkan atau menjelaskan.
Pemaparan tersebut hendaknya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tahap pengembangan karangan secara umum sebagai berikut.
a. Pengelompokan bahan, yakni bagian mana yang didahulukan dan bagian mana yang mengikutinya.
b. Pengonsepan, yakni tahap pengembangan kerangka karangan menjadi karangan.
c. Pengecekan kembali naskah, yakni lengkapi kekurangan dan buang yang tidak relevan. Atau buang pembahasan yang tumpang tindih atau berulang-ulang.
Penyuntingan berdasarkan pemakaian bahasa, yakni perbaiki ejaan yang salah, perbaiki kalimat yang tidak efektif, perbaiki pemakaian kata yang tidak baku, dan perbaiki paragraf yang pengembangannya kurang baik.

D. Jenis karya tulis ilmiah
Berdasarkan tingkat akademiknya, karangan ilmiah dapat dibedakan atas:
(1) laporan, (2) makalah, (3) usulan penelitian, (4) skripsi, (5) tesis, dan (6) disertasi.






Contoh karya ilmiah
Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Lingkungan hidup, menurut UU No. 23 tahun 1997, didefenisikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup.Pada dasarnya lingkungan hidup dikenal sebagai tempat dimana semua makhluk hidup tinggal dan melakukan kehidupannya sehari-hari.

Di saat sekarang ini masyarakat sudah tidak peduli lagi terhadap lingkungan hidup tempat mereka tinggal. Hal ini telihat dari semakin sedikitnya masyarakat yang peduli terhadap kelestarian lingkungan. Banyak masyarakat yang merusak lingkungan atau mengeksploitasi lingkungan secara berlebihan. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan.

Selain itu, kegiatan manusia dalam melakukan pekerjaannya juga menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Banyak polutan yang menyebabkan lingkungan menjadi tercemar dan kotor. Hal ini juga terjadi di lungkangan sekitar tempat tinggal penulis.

Berdasarkan kondisi dan keadaan di lingkungan tersebut, penulis menyusun karya tulis ini agar dapat memberikan informasi mengenai keadaan lingkungan sekitar penulis yang sudah banyak tercemar akibat kegiatan masyarakat sekitar.


1.2 Batasan Masalah

Didalam pembuatan karya tulis ini penulis akan membahas mengenai defenisi lingkungan hidup dan jenis – jenis zat yang mengakibatkan pencemaran lingkungan. Penulis akan membahas mengenai beberapa masalah, yaitu :
  • Lingkungan hidup dan perubahannya
  • Faktor penyebab perubahan lingkungan hidup
  • Pencemaran lingkungan hidup dan zat pencemarnya.
1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarka latar belakang yang menjadi alasan penulis membuat karya ilmiah ini, penulis membuat karya ilmiah ini dengan tujuan untuk :
  • Memberi tahukan kepada pembaca mengenai kerusakan lingkungan yang terjadi di lingkungan sekitar tempat tinggal penulis.
  • Dapat mengajak pembaca untuk mengurangi kebiasaan membuang sampah sembarangan dan menyebabkan pencemaran lingkungan.
  • Untuk melengkapi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia
1.4 Metode Penelitian

Dalam membuat karya ilmiah ini, penulis mengunakan metode studi pustaka. Penulis mempelajari beberapa buku referensi yang sesuai dengan permasalahan yang penulis bahas dalam karya ilmiah ini.Penulis juga mengunakan metode penelitian,yakni penulis meninjau lokasi tempat pencemaran yang ada di lingkungan penulis.

Bab II
Pembahasan

A. Lingkungan Hidup dan Perubahannya.

Lingkungan hidup, menurut UU No. 23 tahun 1997, didefenisikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup. Dalam pengelolaan lingkungan hidup, manusia mempunyai peran yang sangat penting, karena pengelolaan lingkungan hidup pada akhirnya ditujukan untuk keberlangsungan kehidupan manusia di muka bumi ini.

Istilah lingkungan hidup pertama kali dimunculkan oleh Ernst Haeckel pada tahun 1886, yang menunjuk kepada keseluruhan organism atau pola hebungan antar organism dan lingkungannya. Ekologi adalah cabang dari ilmu Biologi yang mempelajari mengenai lingkungan hidup (Ekosistem) atau planet bumi ini secara keseluruhan. Lingkungan hidup mempunyai fungsi yang sangat penting, yaitu sebagai tempat kediaman dan sebagai sumber kehidupan.

Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam bentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan. Peranan ekosistem diantaranya :
  • Pemurnian udara dan air
  • Pengurangan kekeringan dan banjir
  • Pembentukan dan pemeliharaan kesuburan tanah
  • Detoksifikasi (penetralan racun) dan dekomposisi (penguraian sampah)
  • Penyerbukan tanaman perkebunan dan vegetasi alami
  • Penyebaran benih
  • Siklus dan pergerakan nutrien
  • Pengendalian mayoritas hama agrikultur potensial secara luas
  • Pemeliharaan biodiversitas
  • Perlindungan pantai dari erosi oleh ombak
  • Perlindungan dari sinar ultraviolet matahari yang berbahaya
  • Stabilitas iklim parsial
  • Pengendalian cuaca yang ekstrim dan dampaknya
Pembangunan yang dilakukan saat ini bertujuan untuk mencukupi kebutuhan manusia. Pembangunan diutamakan untuk “pertumbuhan ekonomi” yang tidak ramah lingkungan. Semuanya itu menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Pengaruh terhadap lingkungan sebagai akibat pengurasan dan pemborosan sumber daya alam serta pencemaran lingkungan di antaranya adalah :
1.    Peningkatan pencemaran limbah B3 (bahan buangan barbahaya beracun)
2.    Peningkatan hujan asam
3.    Penipisan gas O3 (lapisan ozon) di atmosfir yang merupakan pelindung bumi dari berbagai sinar kosmis yang membahayakan kesehatan.
4.    Peningkatan gas-gas rumah kaca seperti CO2, CH4, CPC, dan N2O
5.    Pemanasan global
6.    Punahnya hutan tropis dengan laju kepunahan 100.000 km2/tahun
7.    Degradasi keanekaragaman hayati bumi
8.    Penyusutan tanah subur dan peningkatan tanah kritis
9.    Krisis air bersih
Dengan kondisi seperti ini, lingkungan hidup perlu diatur dan dikelola dengan baik sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal, mencukupi kebutuhan hidup generasi saat ini tanpa harus mengurangi kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan hidup generasi yang akan datang. Saat ini, telah dikembangkan berbagai macam cara untuk melestarikan lingkungan hidup. Seperti pengolahan sampah dan pemakaian sumber energi alternatif.

B. Faktor penyebab perubahan lingkungan hidup.
1. Perubahan lingkungan akibat aktivitas manusia.
1.    Pencemaran lingkungan
2.    Penebangan hutan
3.    Pembangunan
4.    Penggunaan pestisida
2. Perubahan lingkungan akibat faktor alam
1.    Banjir
2.    Gempa bumi
3.    Gunung meletus
C. Pencemaran Lingkungan Hidup
1. Pencemaran

Dalam UU no. 4/1992 diperbarui dengan UU no. 23/997 tentang pengelolaan lingkungan hidup didefenisikan sebagai masuknya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan dan/atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Dengan demikian bahan yang diintroduksi ke lingkungan adalah pencemar atau polutan.


2. Jenis – Jenis Pencemaran.
1. Pencemaran Udara

Udara di alam tidak pernah benar-benar bebas pencemar sama sekali karena berbagai kegiatan alami seperti kegiatan vulkanik, pembusukan sampah, dan pembakaran hutan menghasilkan gas SO2, H2S, dan CO sebagai produk sampingnya. Di samping itu partikel bisa tersebar melalui angin dan kegiatan vulkanik. Kegiatan lain yang dapat meningkatkkan pencemar di udara adalah kegiatan manusia. 

Sumber pencemar udara primer adalah CO, Nox, Hidrokarbon (HC), Sox, dan partikel. Sumber utama pencemar udara berasal dari transportasi yang menyumbang hampir 60% CO dan 15% HC.
Polutan pencemaran udara yaitu :
1.    Karbon Dioksida (CO2).
2.    Sulfur Dioksida (SO2) dan Nitrogen Monoksida (NO).
3.    Karbon Monoksida (CO).
4.    Kloro fluoro karbon (CFC).
5.    Dioksin.
6.    Nitrogen Oksida(NO).
7.    Hidrokarbon (HC) dan Oksidan Fotokimia.
8.    Timbal (Pb).
9.    Sulfur Oksida (SO).
10.                       Partikel.
11.                       Pengaruh rumah kaca.
2. Pencemaran Air
Sumber pencemaran air meliputi sebagai berikut :
1.    Padatan
2.    Limbah Pertanian.
3.    Limbah Rumah Tangga.
4.    Limbah Industri.
5.    Mikroorganisme
6.    Logam Berat.
7.    Penangkapan Ikan dengan Menggunakan racun.
3. Pencemaran Tanah.
Jenis polutan tanah yaitu :
1.    Senyawa Xenobiotik Organik.
2.    Nitrat dan Fosfat.
3.    Sulfur dan Nitrogen Oksida.
4.    Logam.
5.    Pencemar lainnya.

0 komentar:

Sabtu, 15 Desember 2012

karya tulis ilmiah

Diposting oleh Unknown di 05.05
KARYA TULIS ILMIAH
A. Pengertian karya tulis ilmiah
Secara umum, suatu karya ilmiah dapat diartikan sebagai suatu hasil karya yang dipandang memiliki kadar ilmiah tertentu serta dapat dipertanggungjawabkan dalam bentuk karangan atau tulisan ilmiah, dapat pula disampaikan secara lisan dalam bentuk pidato atau orasi ilmiah, dan dapat melalui suatu bentuk demonstrasi. Dalam buku ini, pengertian karya ilmiah lebih banyak ditekankan ilmiah. Dengan demikian, karangan atau tulisan ilmiah adalah semua bentuk karangan yang memiliki kadar ilmiah tertentu sesuai dengan bidang keilmuannya (sains, teknologi, ekonomi, pendidikan, bahasa dan sastra, kesehatan, dan lain- lain)
Berbeda dengan karya sastra atau seni, karya ilmiah mempunyai bentuk serta sifat yang formal karena isinya harus mengikuti persyaratan-persyaratan tertentu sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah. Tujuan penulisan karya ilmiah adalah menyampaikan seperangkat keterangan, informasi, dan pikiran secara tegas, ringkas, dan jelas (ABC = accurate, brief, clear). Kendatipun demikian, melalui kreativitas dan daya ungkap penulisnya, karya ilmiah dapat disusun sedemikian rupa agar menarik perhatian pembaca tanpa melupakan nilai-nilai ilmiahnya.
Karya tulis ilmiah dikemukakan berdasarkan pemikiran, kesimpulan, serta pendapat/pendirian penulis yang dirumuskan setelah mengumpulkan dan mengolah berbagai informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, baik teoretik maupun empirik. Karya ilmiah senantiasa bertolak dari kebenaran ilmiah dalam bidang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan permasalahan yang disajikan. Titik tolak ini merupakan sumber kerangka berpikir (paradigma, meminjam istilah Thomas Kuhn), dalam mengumpulkan informasi-informasi secara empirik.
Karya ilmiah tertulis (karangan ilmiah) dapat berbentuk artikel lmiah populer (esei, opini), usulan penelitian, dan laporan penelitian. Dalam bentuk khusus yang bersifat akademik, karangan ilmiah dapat berupa makalah, skripsi, tesis, dan disertasi, yang masing-masing digunakan sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar sarjana (S1), magister (S2), dan doktor (S3).
Isi suatu karya ilmiah dapat berupa keterangan atau informasi yang bersifat faktual (mengemukakan fakta), hipotesis (dugaan-dugaan), konklusif (mengemukakan kesimpulan), dan implementatif (mengemukakan rekomendasi atau saran-saran serta solusi). Suatu karya ilmiah yang lebih komprehensif akan mengandung semua jenis keterangan atau informasi tersebut.
Suatu karya ilmiah pada hakikatnya merupakan hasil proses berpikir ilmiah. Adapun pola berpikir yang digunakan dalam menghasilkan suatu karya ilmiah adalah pola berpikir re.ektif, yaitu suatu proses berpikir yang dilakukan dengan mengadakan re.eksi secara logis dan sistematis di antara kebenaran ilmiah dan kenyataan empirik dalam mencari jawaban terhadap suatu masalah. Cara berpikir induktif dan deduktif secara bersama-sama mendasari proses berpikir reflektif.
Menurut John Dewey, ada lima langkah dalam proses berpikir re.ektif, yaitu: (1) merasakan adanya suatu kesulitan, yakni terjadinya suatu hambatan dalam pengalaman, (2) penempatan masalah atau kesulitan itu pada proporsi yang sebenarnya dan mengadakan perumusan kesulitan tersebut, (3) timbulnya saran-saran berupa kemungkinan pemecahan masalah atau kesulitan dalam bentuk rumusan hipotesis atau dugaan-dugaan sementara, (4) mengadakan persiapan-persiapan mental terhadap masalah dalam bentuk pengumpulan dan pengolahan informasi empirik, dan (5) mengadakan observasi atau penelaahan lebih lanjut untuk menetapkan apakah hipotesis dapat diterima atau ditolak berdasarkan informasi yang diperoleh.
Dalam kaitannya dengan penulisan ilmiah (academic writing) ini, T.L. Kelley menambahkan satu langkah lagi yaitu memberikan penilaian dan analisis terhadap penerimaan dan pemecahan masalah baru tersebut untuk dipergunakan dalam kebutuhan pemecahan masalah yang akan datang.
Dalam berbagai kegiatan ilmiah, pola berpikir reflektif sangat diperlukan untuk mencapai hasil yang dapat dijamin kebenarannya secara ilmiah. Ada tiga aspek yang diperlukan dalam menjuruskan ke dalam berpikir ilmiah ini.
Pertama, perlu penjelasan ilmiah – dalam menghasilkan karya ilmiah diperlukan adanya kemampuan untuk menjelaskan pikiran sedemikian rupa, sehingga dapat dipahami secara objektif. Penjelasan ilmiah dilakukan dengan menggunakan bahasa teknis ilmiah baik secara verbal maupun nonverbal, misalnya, dengan simbol-simbol, model, bagan, tabel, grafik, dan lain-lain. Cara memberikan penjelasan dapat dilakukan dengan: (1) memberikan nama atau simbol terhadap pokok-pokok pikiran yang akan dijelaskan, (2) penjelasan secara historis, yaitu penjelasan suatu pikiran dengan jalan menghubungkan pada kenyataan sebelumnya secara logis, dan (3) penjelasan dengan korelasi empirik, yaitu memberikan penjelasan suatu pikiran dengan menghubungkan dengan pikiran lain yang terjadi bersamaan secara logis. Dilihat dari sifatnya, penjelasan ilmiah dapat berupa penjelasan deskriptif, induktif, atau deduktif.
Kedua, pengertian atau definisi operasional – dalam kegiatan ilmiah, termasuk penulisan karangan ilmiah, setiap pengertian yang terkandung di dalamnya hendaknya bersifat operasional agar dapat terjadi kesamaan persepsi, pandangan, visi, dan penafsiran penulis dan pembaca. Untuk itu, perlu dibuat rumusan yang jelas dan objektif. Jika diperlukan, beberapa pengertian dapat dibuatkan rumusan pengertiannya secara eksplisit. Membuat dan merumuskan pengertian operasional dapat dilakukan dengan membuat definisi atau sinonim dari hal-hal yang akan dijelaskan. Di samping itu, pengertian operasional dapat dibuat dengan cara mendeskripsikan secara jelas baik segi kausal, dinamis, maupun ciri-ciri yang dapat diidentifikasi.
Ketiga, berpikir kuantitatif – untuk lebih menjamin objektivitas penyampaian pikiran atau keterangan, diperlukan adanya proses kuantifikasi informasi yang diperoleh. Hal ini berarti perlunya data kuantitatif sebagai pendukung (argumen) terhadap segala pikiran, pendapat, gagasan, pernyataan, dan ungkapan yang akan dikemukakan.
Dapat dinyatakan bahwa secara epistemologis semua ikhtiar keilmuan ditujukan untuk mencari kebenaran ilmiah (scientific truth). Akan tetapi, apakah kebenaran ilmiah itu? Banyak pandangan filsafat diajukan, dan tidak akan dibahas secara mendetail di sini. Apakah jalan menuju kebenaran ilmiah itu harus selalu dilakukan melalui apa yang disebut metode ilmiah, seperti yang secara konvensional dipahami selama ini?
Dalam buku-buku pengantar atau metode penelitian yang banyak beredar sekarang, dikemukakan bahwa metode ilmiah adalah penerapan metode dan prinsip-prinsip sains, yakni sistematis dan eksak. Data dikumpulkan secara objektif, hipotesis dirumuskan dan diuji secara empiris atau eksperimental. Tujuannya adalah untuk menemukan prinsip-prinsip pengujian teori-teori melalui pendekatan hipotesis-deduktif yang berlaku umum, sehingga memiliki tingkat generalitas yang tinggi. Akan tetapi, apakah cara seperti itu akan selalu mengantar kita pada kebenaran ilmiah?
Jika demikian, apakah metode ilmiah itu? Metode ilmiah adalah cara yang ditempuh oleh ilmuwan untuk sampai pada kebenaran ilmiah. Dalam menempuh cara ini, dia dapat menggunakan kreativitas dan imajinasinya tanpa harus selalu terikat kepada langkah-langkah yang baku sebab realitas dan relung-relung keilmuan itu amat beragam. Yang penting adalah kita tidak serampangan tetapi berpegang teguh pada disciplined inquiry, yaitu ketat (rigorous) dan peduli akan kemungkinan terjadinya kekeliruan (concern for error).
Tidak benar bahwa metode ilmiah yang satu lebih unggul dari metode ilmiah yang lain tanpa meletakkan dalam konteks yang tepat. Oleh karena itu, tidak ada keharusan bagi seseorang untuk mengikuti apa yang dilakukan oleh ilmu tertentu, misalnya, ilmu-ilmu sosial selalu mengikuti cara-cara yang dilakukan dalam ilmu-ilmu alam (sains), demikian pula sebaliknya. Mitos seperti ini harus disingkirkan, sebab kalau tidak akan menghambat kreativitas, imajinasi, dan rasa percaya diri penulis dalam melakukan ikhtiar-ikhtiar keilmuan yang spektrumnya seluas proses berpikir, kreativitas, dan imajinasi manusia.
Sistematika penulisan ilmiah sebenarnya memiliki pola atau struktur dalam yang sama, yaitu dimulai dengan pendahuluan, kemudian analisis dan pembahasan atau tubuh karangan, dan diakhiri dengan kesimpulan atau penutup. Selain itu, yang tidak boleh dilupakan adalah penulisan pustaka acuan atau rujuan yang dirujuk dalam tulisan ilmiah. Bentuk rincian pola dasar tersebut sangat berkaitan dengan sifat dan bentuk atau jenis karya ilmiah itu sendiri.

B. Menulis Karangan Menggunakan Pola Pengembangan Deduktif dan Induktif
Kamu tentu banyak mengidlakan penulis-penulis terkenal. Melalui kegiatan mengaorang, prestasi dan prestise seseorang akan naik. Mengaorang adalah kegiatan menyusun atau mengrganisasikan buah pikiran, ide, atau gagasan dengan menggunakan orangkaian kalimat yang logis dan terpadu dalam bahasa tulis. Karangan sering diartikan sebagai orangkaian kalimat yang logis, pemikiran atau pelukisan tentang suatu objek, suatu peristiwa, atau suatu masalah. Karangan yang disusun dapat berupa fiksi maupun Nonfiksi.
Pada pelajaran ini, kamu akan berlatih menulis karangan Nonfiksi (karangan ilmiah). Menulis karangan ilmiah tidak jauh berbeda dengan menulis karangan lainnya. Yang membedakan karangan ilmiah dengan karangan lain adalah dari metode/kajian yang digunakannya. Karangan ilmiah bukan sepenuhnya karya ekspresi diri seperti karangan fiksi hasil imajinasi, tetapi penulis harus menyampaikan data oobjektif yang diperleh melalui metode/kajian ilmiah.
Data yang diperleh melalui kajian ilmiah di antaranya diperleh melalui hasil pengamatan, tes, wawancara, penyebaran angket, kajian pustaka, dan uji cba di labratrium. Karangan fiksi merupakan karya yang sepenuhnya merupakan hasil ekspresi diri, data yang disampaikan merupakan hasil imajinasi atau hasil rekaan sendiri walaupun mungkin berdasarkan realitas di sekelilingnya. Menurut Arifin (1998:2), karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metdlgi penulisan yang baik dan benar. Karangan ilmiah ditulis berdasarkan metode ilmiah yang menyajikan suatu topik secara sistematis dan dilengkapi dengan fakta atau data yang sahih dengan menggunakan bahasa ragam baku. Karangan ilmiah mempunyai ciri sebagai berikut.
1. Fakta yang disajikan bersifat oobjektif;
2. Penyajiannya disusun secara logis dan sistematis; dan
3. Bahasa yang digunakan adalah ragam bahasa baku.

C. Langkah- langkah Mengarang
1. Tentukanlah topik
Topik adalah pokok pembicaraan. Dalam pemilihan topik, seorang penulis harus mempertimbangkan hal-hal berikut:
a. Topik harus betul-betul dikuasai dan dekat dengan kehidupan.
b. Topik harus menarik perhatian.
c. Topik harus spesifik atau terpusat pada satu permasalahan yang sempit dan terbatas.
d. Topik harus memiliki data atau fakta yang oobjektif.
e. Topik harus diketahui prinsip-prinsip ilmiahnya.
f. Topik harus memiliki sumber acuan atau kepustakaan.
2. Rumuskan judul karangan
Berdasarkan topik yang ditetapkan, dapat dirumuskan judulkarangan. Judul adalah kepala karangan. Syarat judul yang baik sebagai berikut.
a. Judul relevan dengan isi karangan.
b. Judul dirumuskan secara singkat dan jelas.
c. Judul dapat menarik perhatian.
3. Buatlah kerangka karangan
Berdasarkan topik tersebut, catatlah hal-hal yang akan ditulis berdasarkan topik yang kamu pilih! Setelah mencatat hal-hal penting yang akan kamu tulis, buatlah kerangka karangannya. Urutkan dari hal-hal yang umum ke hal yang khusus. Hal ini disebut pola pengembangan deduksi. Kamu dapat juga mengurutkan dari hal-hal yang khusus ke hal-hal yang umum. Hal ini disebut pengembangan induksi. Selanjutnya buat kerangka karangan dengan mengikuti langkah berikut.
a. Tuliskanlah topik-topik umum dan topik-topik bawahan (rincian) secara rinci.
b. Evaluasilah topik-topik yang dituliskan berdasarkan relevansi dan kedudukannya. Yang tidak relevan atau tidak ada hubungannya dengan topik dibuang, kemudian dari judul dan anak judul terpilih urutkan berdasarkan pola pengembangan serta kedudukannya, mana yang harus disajikan lebih dulu dan mana yang berikutnya.
c. Susunlah kerangka karangan dengan pola deduksi atau induksi. Jika pola pengembangan karangan yang dipilih pola deduksi, maka topik-topik yang dipilih harus diurutkan dari hal yang umum ke hal-hal yang khusus. Sebaliknya, jika pola pengembangan yang dipilih pola induksi, maka topik-topik dipilih diurutkan dari yang khusus ke yang umum.
4. Kumpulkan data karangan
Setelah kerangka karangan disusun, kumpulkan data dengan cara sebagai berikut.
a. Mencari keteorangan dari bahan kepustakaan.
b. Mencari keteorangan dari pihak-pihak yang mengetahui permasalahan.
c. Mengamati langsung objek yang ditulis.
d. Mengadakan percbaan atau pengujian di lapangan atau labratrium.
Informasi yang dicari harus relevan dengan topik yang ditulis. Catat isi yang dikutip dan sumber yang dirujuknya. Yang perlu dicatat yakni nama pengarang, judul buku, tahun terbit, kta terbit, penerbit, dan halaman letak informasi tersebut diambil. Selain itu data atau fakta yang ditemukan di lapangan juga dicatat. Data di lapangan dapat dikumpulkan melalui pengamatan, wawancara, penyebaran angket, atau eksperimen.
5. Membuat karangan utuh
Setelah semua bahan yang dibutuhkan sudah lengkap, kembangkanlah kerangka karangan yang sudah disusun dengan pola yang dipilih, deduksi atau induksi! Pengembangan kerangka karangan menjadi sebuah karangan perlu memerhatikan penyajian karangan; pengembangan paragraf; dan pemakaian bahasa.
Pengembangan setiap judul dan sub-subjudul harus uraian yang sesuai dengan judul atau subjudul yang dikembangkan. Jika ada gambar, bagan, tabel atau grafik, maka sebelum dan sesudah bagan/grafik/tabel/ gambar hendaknya ada uraian yang mengantarkan atau menjelaskan.
Pemaparan tersebut hendaknya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tahap pengembangan karangan secara umum sebagai berikut.
a. Pengelompokan bahan, yakni bagian mana yang didahulukan dan bagian mana yang mengikutinya.
b. Pengonsepan, yakni tahap pengembangan kerangka karangan menjadi karangan.
c. Pengecekan kembali naskah, yakni lengkapi kekurangan dan buang yang tidak relevan. Atau buang pembahasan yang tumpang tindih atau berulang-ulang.
Penyuntingan berdasarkan pemakaian bahasa, yakni perbaiki ejaan yang salah, perbaiki kalimat yang tidak efektif, perbaiki pemakaian kata yang tidak baku, dan perbaiki paragraf yang pengembangannya kurang baik.

D. Jenis karya tulis ilmiah
Berdasarkan tingkat akademiknya, karangan ilmiah dapat dibedakan atas:
(1) laporan, (2) makalah, (3) usulan penelitian, (4) skripsi, (5) tesis, dan (6) disertasi.






Contoh karya ilmiah
Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Lingkungan hidup, menurut UU No. 23 tahun 1997, didefenisikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup.Pada dasarnya lingkungan hidup dikenal sebagai tempat dimana semua makhluk hidup tinggal dan melakukan kehidupannya sehari-hari.

Di saat sekarang ini masyarakat sudah tidak peduli lagi terhadap lingkungan hidup tempat mereka tinggal. Hal ini telihat dari semakin sedikitnya masyarakat yang peduli terhadap kelestarian lingkungan. Banyak masyarakat yang merusak lingkungan atau mengeksploitasi lingkungan secara berlebihan. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan.

Selain itu, kegiatan manusia dalam melakukan pekerjaannya juga menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Banyak polutan yang menyebabkan lingkungan menjadi tercemar dan kotor. Hal ini juga terjadi di lungkangan sekitar tempat tinggal penulis.

Berdasarkan kondisi dan keadaan di lingkungan tersebut, penulis menyusun karya tulis ini agar dapat memberikan informasi mengenai keadaan lingkungan sekitar penulis yang sudah banyak tercemar akibat kegiatan masyarakat sekitar.


1.2 Batasan Masalah

Didalam pembuatan karya tulis ini penulis akan membahas mengenai defenisi lingkungan hidup dan jenis – jenis zat yang mengakibatkan pencemaran lingkungan. Penulis akan membahas mengenai beberapa masalah, yaitu :
  • Lingkungan hidup dan perubahannya
  • Faktor penyebab perubahan lingkungan hidup
  • Pencemaran lingkungan hidup dan zat pencemarnya.
1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarka latar belakang yang menjadi alasan penulis membuat karya ilmiah ini, penulis membuat karya ilmiah ini dengan tujuan untuk :
  • Memberi tahukan kepada pembaca mengenai kerusakan lingkungan yang terjadi di lingkungan sekitar tempat tinggal penulis.
  • Dapat mengajak pembaca untuk mengurangi kebiasaan membuang sampah sembarangan dan menyebabkan pencemaran lingkungan.
  • Untuk melengkapi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia
1.4 Metode Penelitian

Dalam membuat karya ilmiah ini, penulis mengunakan metode studi pustaka. Penulis mempelajari beberapa buku referensi yang sesuai dengan permasalahan yang penulis bahas dalam karya ilmiah ini.Penulis juga mengunakan metode penelitian,yakni penulis meninjau lokasi tempat pencemaran yang ada di lingkungan penulis.

Bab II
Pembahasan

A. Lingkungan Hidup dan Perubahannya.

Lingkungan hidup, menurut UU No. 23 tahun 1997, didefenisikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup. Dalam pengelolaan lingkungan hidup, manusia mempunyai peran yang sangat penting, karena pengelolaan lingkungan hidup pada akhirnya ditujukan untuk keberlangsungan kehidupan manusia di muka bumi ini.

Istilah lingkungan hidup pertama kali dimunculkan oleh Ernst Haeckel pada tahun 1886, yang menunjuk kepada keseluruhan organism atau pola hebungan antar organism dan lingkungannya. Ekologi adalah cabang dari ilmu Biologi yang mempelajari mengenai lingkungan hidup (Ekosistem) atau planet bumi ini secara keseluruhan. Lingkungan hidup mempunyai fungsi yang sangat penting, yaitu sebagai tempat kediaman dan sebagai sumber kehidupan.

Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam bentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan. Peranan ekosistem diantaranya :
  • Pemurnian udara dan air
  • Pengurangan kekeringan dan banjir
  • Pembentukan dan pemeliharaan kesuburan tanah
  • Detoksifikasi (penetralan racun) dan dekomposisi (penguraian sampah)
  • Penyerbukan tanaman perkebunan dan vegetasi alami
  • Penyebaran benih
  • Siklus dan pergerakan nutrien
  • Pengendalian mayoritas hama agrikultur potensial secara luas
  • Pemeliharaan biodiversitas
  • Perlindungan pantai dari erosi oleh ombak
  • Perlindungan dari sinar ultraviolet matahari yang berbahaya
  • Stabilitas iklim parsial
  • Pengendalian cuaca yang ekstrim dan dampaknya
Pembangunan yang dilakukan saat ini bertujuan untuk mencukupi kebutuhan manusia. Pembangunan diutamakan untuk “pertumbuhan ekonomi” yang tidak ramah lingkungan. Semuanya itu menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Pengaruh terhadap lingkungan sebagai akibat pengurasan dan pemborosan sumber daya alam serta pencemaran lingkungan di antaranya adalah :
1.    Peningkatan pencemaran limbah B3 (bahan buangan barbahaya beracun)
2.    Peningkatan hujan asam
3.    Penipisan gas O3 (lapisan ozon) di atmosfir yang merupakan pelindung bumi dari berbagai sinar kosmis yang membahayakan kesehatan.
4.    Peningkatan gas-gas rumah kaca seperti CO2, CH4, CPC, dan N2O
5.    Pemanasan global
6.    Punahnya hutan tropis dengan laju kepunahan 100.000 km2/tahun
7.    Degradasi keanekaragaman hayati bumi
8.    Penyusutan tanah subur dan peningkatan tanah kritis
9.    Krisis air bersih
Dengan kondisi seperti ini, lingkungan hidup perlu diatur dan dikelola dengan baik sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal, mencukupi kebutuhan hidup generasi saat ini tanpa harus mengurangi kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan hidup generasi yang akan datang. Saat ini, telah dikembangkan berbagai macam cara untuk melestarikan lingkungan hidup. Seperti pengolahan sampah dan pemakaian sumber energi alternatif.

B. Faktor penyebab perubahan lingkungan hidup.
1. Perubahan lingkungan akibat aktivitas manusia.
1.    Pencemaran lingkungan
2.    Penebangan hutan
3.    Pembangunan
4.    Penggunaan pestisida
2. Perubahan lingkungan akibat faktor alam
1.    Banjir
2.    Gempa bumi
3.    Gunung meletus
C. Pencemaran Lingkungan Hidup
1. Pencemaran

Dalam UU no. 4/1992 diperbarui dengan UU no. 23/997 tentang pengelolaan lingkungan hidup didefenisikan sebagai masuknya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan dan/atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Dengan demikian bahan yang diintroduksi ke lingkungan adalah pencemar atau polutan.


2. Jenis – Jenis Pencemaran.
1. Pencemaran Udara

Udara di alam tidak pernah benar-benar bebas pencemar sama sekali karena berbagai kegiatan alami seperti kegiatan vulkanik, pembusukan sampah, dan pembakaran hutan menghasilkan gas SO2, H2S, dan CO sebagai produk sampingnya. Di samping itu partikel bisa tersebar melalui angin dan kegiatan vulkanik. Kegiatan lain yang dapat meningkatkkan pencemar di udara adalah kegiatan manusia. 

Sumber pencemar udara primer adalah CO, Nox, Hidrokarbon (HC), Sox, dan partikel. Sumber utama pencemar udara berasal dari transportasi yang menyumbang hampir 60% CO dan 15% HC.
Polutan pencemaran udara yaitu :
1.    Karbon Dioksida (CO2).
2.    Sulfur Dioksida (SO2) dan Nitrogen Monoksida (NO).
3.    Karbon Monoksida (CO).
4.    Kloro fluoro karbon (CFC).
5.    Dioksin.
6.    Nitrogen Oksida(NO).
7.    Hidrokarbon (HC) dan Oksidan Fotokimia.
8.    Timbal (Pb).
9.    Sulfur Oksida (SO).
10.                       Partikel.
11.                       Pengaruh rumah kaca.
2. Pencemaran Air
Sumber pencemaran air meliputi sebagai berikut :
1.    Padatan
2.    Limbah Pertanian.
3.    Limbah Rumah Tangga.
4.    Limbah Industri.
5.    Mikroorganisme
6.    Logam Berat.
7.    Penangkapan Ikan dengan Menggunakan racun.
3. Pencemaran Tanah.
Jenis polutan tanah yaitu :
1.    Senyawa Xenobiotik Organik.
2.    Nitrat dan Fosfat.
3.    Sulfur dan Nitrogen Oksida.
4.    Logam.
5.    Pencemar lainnya.

0 komentar on "karya tulis ilmiah"

Posting Komentar